BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 11 Februari 2011

Bubi Adalah Jazz


Oleh Denny Sakrie
Jazz adalah dunia Bubi Chen.rasanya Bubi terlahir untuk musik jazz.Dan mendekati 5 dasawarsa darah dan karsa Bubi tetap jazz.Sebuah kegigihan dan konsistensi yang mengagumkan. Dan tak bisa ditawar lagi, Bubi adalahjazz.Dimata saya Bubi Chen selaik  Midas, Raja Phrygia dalam mitologi Yunani yang sentuhan ujung jarinya mengubah segalanya jadi emas. Musik apapun yang disentuh Bubi berubah jadi jazz.Saat bersimbiose dengan pemusik tradisional Jawa Barat,Bubi opun mencitarasakan jazz.Bahkan ketika Doel Sumbang hingga band Padi menggamitnya berkolaborasi dalam rekaman,jari jemari Bubi yang menari di tuts piano tetap menebar rasa jazz. Tak banyak pemusik yang berani memastikanjazz sebagai pilihan hidup. Di negeri ini banyak kita jumpai pemusikjazz yangnyambi memainkan jenis musik lain untuksurvive.
Namun, Bubi Chen, yang belajarjazz secara autodidaktik, tidak pernah berhenti memainkanjazz. Jari-jemarinya tetap bergulir di atas tuts piano. Hanyajazz danjazz. Simaklah bagaimana Bubi  Chen menafsirkan berbagai ragam anasir musik entah itu klasik, pop, maupun etnik ke dalam kamarjazz yang dibangunnya.
Ketika berusia 12 tahun ia sudah mengobrak-abrik repertoar klasik, dariWolfgang Amadeus Mozart hinggaLudwig von Beethoven, menjadijazz. Bebas lepas dari tradisi musik klasik yang taat pada pakem. jazz yang improvisatif.
Mulai dari albumBila Ku Ingat Bubi Chen with Strings (produksi Irama, 1969), bersama Mus Mualim sebagaimusic director dan diiringi Orkes Simphoni Radio Jakarta, hingga sederet albumnya di akhir era 1990-an sepertiVirtuoso (Legend Record,1995) atauWhat A Wonderful World (Sangaji Music, 1999) maupun album terakhirnya di tahun 2010 “The Many Colours Of Bubi Chen” yang menafsirkan pustaka musik rock dalam cermin jazz.
Lalu tengpkah  sampul belakang albumBila Ku Ingat, almarhum Mus Mualim menuliskan komentar tentang musikalitas Bubi Chen: ”Seorang pianis yang sempurna, baik dalam kecepatan dan keampuhan jari-jarinya maupun dalam susunan improvisasi yang progresif dan modern. Dia adalah seorang pemain piano yang rapi dan teliti.”
Tak heran apabila  di era 60-an banyak yang membanding-bandingkan permainan Bubi Chen dengan Art Tatum, pianisjazz Amerika yang memainkan Swing, Stride, dan Boogie Woogie dengan kompleksitas dan kecepatan jari-jemari yang luar biasa. Apa pun, yang jelas Bubi Chen lebih tepat disebut sebagai seorang penafsir jazz. Setiap lagu yang diinterpretasikannya senantiasa disusupi rohjazz yang berkesan baru danfresh.
Setiap lagu yang diaransemennya ibarat seseorang yang mengenakan baju baru. Bubi pun piawai mengaduk-aduk sanubari mulai dariambience beratmosfer lembut dan secara tiada terduga menyeberang ke perangai yang lebih agresif. Tak berlebihan jika menyebut permainanjazz Bubi adalah laksana miniatur yang meniru riak kehidupan manusia sehari-hari, mulai dari yang adem-ayem 
Untunglah Bubi memilihjazz. Sebab, dengan improvisasi,jazz bisa menerobos dan menyusup ke zona estetik musik lain. Yang pantas dicatat adalah ketika Tony Scott, peniup klarinet Amerika yang mengajak grupjazz Indonesian All Stars, yang terdiri atas Bubi Chen (piano, kecapi), Maryono (vokal,flute, saksofon tenor), Benny Mustafa (drum), Jopie Chen (bas), dan Jack Lesmana (gitar), merekam albumDjanger Bali (produksi Saba/MPS,1967) di Jerman.
Meskipun membawakan beberapa repertoar negeri kita sepertiBurung Kakatua,Djanger Bali,Ilir-ilir, maupunGambang Suling-nya Ki Nartosabdo, album yang mendapat tanggapan baik dari duniajazz internasional ini sama sekali tidak memasukkan instrumen gamelan. Padahalambience Bali dan Jawa menyusup dalam permainan mereka. Jack Lesmana, misalnya, cukup memanipulasi karakter gamelan melalui sentuhan permainan gitarnya. Begitu juga Bubi, yang melakukan hal serupa pada permainan pianonya. Terkecuali laguGambang Suling, yang mengetengahkan permainan kecapi Bubi. Uniknya, lagu karya George Gershwin,Summertime, dimainkan dengantreatment karawitan Sunda.
Kolaborasi lain yang pernah dilakukan Bubi adalah merekam albumBubi di Amerika (Hidayat Audio, 1984) bersama Albert “Tootie” Heath, pemain drumjazz yang pernah mendukung Herbie Hancock, Dexter Gordon, dan Yusef Lateef, serta pemain bas John Heard yang pernah mendukung The Count Basie Orchestra, Louie Bellson dan Oscar Peterson. Rekaman yang berlangsung di Pasadena, California, ini memainkan genre Be Bop dan Hard Bop karya Miles Davis hingga Sonny Rollins.
Ini bukan hanya babak yang tak pernah terlupakan bagi perjalanan musikal Bubi Chen, tapi juga merupakanentry tersendiri dalam sejarah musikjazz di Indonesia. Kolaborasi lintas bangsa itu masih terus dilakukannya, misalnya ketika merilis albumVirtuoso, yang didukung pemusikjazz dari Australia, Singapura, dan Filipina.
Dari catatan-catatan di atas, tersirat bahwa Bubi Chen adalah seorang pemusik yang gemar berdialog. Berdialog dengan pemusikjazz antarbangsa, berdialog dengan pemusik beda generasi, hingga berdialog dengan jenis musik lain di luarjazz.
Dan sang Midas pun kembali menjentikkan jari-jemarinya di bilah-bilah tuts piano. Jadilahjazz,jazz, danjazz.
Bubi Chen
Perjalanan musik Bubi  Chen ini,untungnya,direkam dengan seksama dalam buku ini.Sebuah dokumentasi yang kelak akan diketahui pula oleh generasi setelahnya.Sejarah musik Indonesia pun mencatat bahwa Bubi adalah jazz itu sendiri.

0 komentar: