BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 06 April 2011

IYR (Indonesian Youth Regeneration) Totalitas Pada Jazz

92.jpg
Jika banyak anak muda lebih tergila-gila pada musik pop, sekelompok remaja yang tergabung dalam IYR ini justru memainkan musik jazz. Apa alasan mereka ?

Reno misalnya. Sejak kecil ia sudah dikenalkan musik jazz oleh ayahnya, Mus Mudjiono. Demikian pula dengan Demas. Orangtua Demas adalah penyuka musik jazz. ”Saya dikasih rock, pop, metallica, Phil Collins dan lainnya, enggak pernah suka. Tapi giliran saya lihat fushion jazz, langsung saya main musik di situ,” kata Demas.

Keputusan mereka memilih jalur jazz sebagai pakem bermusik ternyata berbuah hasil. Bulan Juni lalu, mereka baru saja memenangkan suatu ajang musik bertajuk Great Eastern Singapore Performing Arts Junior di Singapura. Di ajang itu, mereka berhasil menggondol dua penghargaan sekaligus, yaitu Gold Medal danGrand Champion.

Padahal sebenarnya mereka tidak pernah menyangka bisa tampil di event itu. Jangankan meraih penghargaan, untuk tampil pun mereka tidak pernah terpikir. Soalnya, mereka tidak pernah tahu kemampuan peserta dari negara lain.

Tapi mereka pantas berterima kasih pada orangtua Dennis. Karena orangtua Dennis-lah yang mendaftarkan IYR di ajang yang digelar satu tahun sekali itu.

Dennis dan Enos sendiri pernah tampil di sana, tapi bukan dengan bendera IYR. Mereka tampil dengan band mereka masing-masing.

”Tahun lalu aku sama Dennis pernah perform tapi bukan dengan IYR. Atas inisiatif mamanya, kita dikasih kesempatan,” terang Enos.

Dengan kemenangan itu, tahun depan IYR berhak tampil lagi di sana sebagai bintang tamu. ”Dalam kontrak perjanjian, yang menang akan jadi guest star tahun berikutnya,” kata Enos bangga.


Bergabung Satu demi Satu

Tujuh remaja yang tergabung dalam IYR ini tidak berkumpul utuh dalam waktu bersamaan. Satu per satu personil bergabung seiring dengan kebutuhan. Awalnya IYR terbentuk dari pertemanan Dennis dan Demas yang sekolah di sekolah yang sama, High Scope. Mereka ingin bermain musik jazz instrumentalia.

”Waktu itu tidak terpikir untuk main jazz dengan vokalis. So, kita main aja. Tapi terus kepikir juga untuk main dengan format band,” kata Demas. Karenanya, mereka pun lantas mencari siapa-siapa yang tepat untuk bermain di band itu.

Dari informasi mulut ke mulut, mereka bertemu Reno untuk mengisi posisi gitaris, David di piano dan Enos sebagai bassist. Dengan formasi itu mereka mulai menggarap musik instrumen. Tapi kadang mereka juga mengajak Albert untuk mengisi kekosongan vokal. Sehingga setelah cukup percaya diri, mereka pun memutuskan tampil di event jazz. Tidak tanggung-tanggung, event Java Jazz, Jazz Goes To Campus (JGTG) menjadi ajang pembuktian mereka.

Dari event itu mereka memakai konsep vokal. Dengan bergabungnya Albert, konsep musik IYR memang berubah. Keinginan untuk membuat sebuah instrumental jazz pun sirna.

”Waktu di JGTC itu kita masih ngeraba, pokoknya main jazz aja. Cuma setelah ada Albert, jadi berubah pikiran. Kayaknya asyik juga kalau bikin band yang jazz anak muda biasa, ada pop-nya,” kata Demas.

Kemudian, dengan kepercayaan diri yang tinggi, mereka kembali menunjukkan bakat. Kali ini ajang yang lebih besar dan bergengsi yaitu Java Jazz. Di ajang itu mereka mengajak Timothy untuk mengisi Synth dan keyboard.

Dengan demikian warna IYR pun semakin berwarna. ”Ada pop, reggae, rock, jazz dan sebagainya. Tapi jazz tetap jadi benang merahnya.

Meski solid dalam bermusik jazz, tapi mereka sadar bahwa musik jazz masih kurang mendapat hati di masyarakat. Namun, kecintaan itu tidak terbendung lagi. ”Kita semua memang menyukai jazz. Sejak awal kita main jazz. Dan kita akan selalu mencintai musik ini,” tutur Demas.
 

0 komentar: